Situs Karang Kamulyan Ciamis

Situs Karang Kamulyan
Situs Karang Kamulyan

Situs Karang Kamulyan Ciamis - Peninggalan sejarah kerajaan Galuh yang diberi nama Situs Karang Kamulyan lokasinya ada di Desa Karangkamulya, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Camis.

Tempat yang dulunya bekas kerajaan ini sekarang jadi tempat wisata budaya dan sejarah yang terkenal. Selain tempatnya yang masih alami, benda peninggalan sejarahnya pun masih utuh seperti apa adanya.

Situs bersejarah ini berada di hutan alam yang didominasi dengan pohon bambu. Hutan bambu ini dihuni oleh spesies kera yang menjadi penghuni tetap dan sudah beradaptasi dengan kehadiran manusia.

Menurut cerita, situs Karang Kamulyan adalah cikal bakal kerajaan di tatar Sunda yang saat itu dipimpin oleh seorang raja bernama Bondan Saragih untuk menggantikan Prabu Adimulya Permanadikusuma yang hendak bertapa.

Benda – benda bersejarah yang menjadi peninggalan dari kerajaan Galuh yang masih ada sampai saat ini adalah, Pangcalikan, Tempat Sabungan ayam, Sanghyang Bedil, Cikahuripan, Lambang Peribadatan, Panyandaan, Pamangkonan, Makam Adipati Panaekan dan Patimuan.

Pangcalikan
Pangcalikan adalah sebuah batu bertingkat berwarna putih serta berbentuk segi empat. Pangcalikan berasal dari bahasa sunda yang memiliki arti tempat duduk atau singgasana raja. Tempat ini diperkirakan sebagai pusat kerajaan Galuh dan terdapat batu yang dijadikan sebagai temapat duduk Raja Galuh.

Sanghyang Bedil
Sanghyang bedil adalah gudang senjata yang biasa dipakai sebagai tempat peyimpanan senjata para prajurit kerajaan Galuh. Menurut cerita yang beredar di masyarakat sekitar, tempat ini bisa dijadikan pertanda akan datangnya suatu peristiwa. Pertanda yang muncul di lokasi bekas penyimpanan senjata prajurit tersebut adalah  terjadi sebuah letusan seperti suara senjata api.

Tempat Sabung ayam
Tidak jauh dari lokasi Sanghyang Bedil, ada tempat terbuka yang disebut sebagai tempat sabung ayam. Tempat ini pernah digunakan untuk penyabungan antara ayam milik Ciung Wanara dengan ayam raja Bondan Saragih. Saat itu raja Bondan hendak membunuh Ciung Wanara dengan dalih mengadakan sayembara sabung ayam dengan iming-iming hadiah separuh kerajaan yang ada di bawah kekuasannya.

Cikahuripan 
Berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti air kehiupan. Air yang ada di sumur ini menjadi sumber kehidupan bagi kerajaan Galuh. Hingga saat ini sumur Cikahuripan masih ada dan airnya tidak pernah kering sekalipun dalam kondisi musim kemarau. Karena airnya tidak pernah kering, Cikahuripan dijuluki sumur abadi.

Lambang Peribadatan
Tempat ini berupa batu stupa(kepala Candi) peninggalan budaya Megalitik dan Hindu yang menandakan bahwa pada zamannya sudah memiliki kepercayaan dan tempat melakukan peribadatan.

Panyandaan
Panyandaan berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti tempat bersandar. Menurut cerita, tempat ini adalah tempat Dewi Naga Ningrum melahirkan anaknya yang diberi nama Ciung Wanara. Setelah proses persalinan, Dewi Nilaningrum bersandar di tempat tersebut selama 40 hari dengan tujuan untuk memulihkan tenaga serta kesehatan setelah melakukan persalinan.

Pamangkonan
Pamangkonan sendiri memiliki arti tempat mengangkat batu. Di tempat tersebut ada sebuah batu yang biasa digunakan untuk melakukan seleksi calon prajurit. Calon tamtama kerajaan akan melewati seleksi dengan mengangkat batu tersebut. Batu pamangkonan pada saat itu memiliki berat yang luar biasa dan tidak akan bisa terangkat oleh manusia yang tidak memiliki kesaktian.

Jadi kesimpulannya, tempat ini adalah tempat melakukan seleksi calon prajurit dengan menguji ilmu kadijayaan yang dimiliki oleh para calon tersebut. Isu yang beredar di maysarakat bahwa batu tersebut sering berpindah – pindah tempat dengan sendirinya. Oleh karena itulah stupa ini dijuluki Sanghyang Indit – inditan( artinya sanghyang yang sering bepergian).

Makam Adipati Panaekan
Adipati Panaekan adalah raja Galuh Garatengah yang berpusat di Cineam dan mendapat gelar adipati dari sultan agung  raja Mataram yang dibunuh oleh adik iparnya sendiri  karena perebutan kekuasaan. Makam tersebut terbuat dari bebatuan yang disusun secara rapi. Bebatuan tersebut diambil dari sungai yang letaknya dekat dengan lokasi makam tersebut.

Patimuan  
Patimuan artiya pertemuan. Di tempat tersebut  terjadi pertemuan(muara) antara sungai Citanduy dengan sungai Cimuntur. Menurut cerita, di muara sungai ini adalah tempat ditemukannya bayi Ciung Wanara yang dibuang ke sungai karena hendak dibunuh oleh raja Bondan Saragih. Bayi tersebut dipercya kelak akan menjadi pesaing dan akan megalahkan raja Bondan.

Waktu itu bayi tersebut dihanyutkan di sungai dan dibekali sebuah telur ayam yang kelak telur tersebut akan menetas dan menjadi ayam adu milik Ciung Wanara. Kemudian bayi Ciung Wanara ditemukan oleh aki Balangantrang dan dijadikan sebagai anak asuhnya.

Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar