Gunung Subang Desa Legokherang |
Tiga Situs Megalitik di Desa Legokherang - Keberadaan benda peninggalan sejarah dan pra sejarah menjadikan bukti bahwa ada peradaban manusia sebelum abad moderen. Peninggalan sejarah bisa berbagai macam jenisnya, di antaranya berupa benda, tempat, tradisi atau budaya adat.
Peninggalan sejarah harus dilestarikan dan butuh perhatian khusus untuk menjaga keberadaanya. Peninggalan sejarah yang sudah dikelola secara khusus, baik oleh pemerintah atau warga lokal sudah pasti terawat dan terjaga. Tapi, peninggalan sejarah yang belum mendapatkan perhatian secara khusus, keberadaannya terancam rusak atau punah.
Peninggalan sejarah harus dilestarikan dan butuh perhatian khusus untuk menjaga keberadaanya. Peninggalan sejarah yang sudah dikelola secara khusus, baik oleh pemerintah atau warga lokal sudah pasti terawat dan terjaga. Tapi, peninggalan sejarah yang belum mendapatkan perhatian secara khusus, keberadaannya terancam rusak atau punah.
Salah satu daerah yang memiliki tiga situs peninggalan sejarah yang amsih ada hingga saat ini adalah Desa Legokherang, lebih tepatnya ada di kaki gunung Subang.
Tiga tempat peninggalan sejarah yang ada di desa Legokherang adalah situs Situ Kabuyutan, situs punden berundak Gentong, dan situs Batu Wayang yang berada di puncak gunung Subang.
Dari ketiga situs megalitik yang ada di Desa Legokherang tersebut belum dikelola secara khusus, baik oleh pemerintah maupun warga setempat.
Bahkan sangat disayangkan karena sebagian benda bersejarah tersebut sudah hilang karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Benda sejarah yang hilang dari lokasi peninggalan sejarah tersebut di antaranya batu pamangkuan yang ada di situs Situ Kabuyutan dan gentong kecil di situs Gentong.
Bahkan sangat disayangkan karena sebagian benda bersejarah tersebut sudah hilang karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Benda sejarah yang hilang dari lokasi peninggalan sejarah tersebut di antaranya batu pamangkuan yang ada di situs Situ Kabuyutan dan gentong kecil di situs Gentong.
Lokasi ketiga situs megalitik ini dua di antaranya berada jauh dari pemukiman warga. Situs Gentong dan Batu Wayang jauh dari pemukiman warga. Sedangkan situs situ Kabuyutan ada di dekat desa.
Sebelumnya, pada tahun 2003 sudah ada upaya penelitian dari pihak ahli sejarah yang langsung meninjau ke lokasi situs megalitik tersebut. Tapi hanya melakukan penelitian dan tidak ada tindak lanjutnya, Sampai saat ini hasilnya pun belum diketahui.
Sebelumnya, pada tahun 2003 sudah ada upaya penelitian dari pihak ahli sejarah yang langsung meninjau ke lokasi situs megalitik tersebut. Tapi hanya melakukan penelitian dan tidak ada tindak lanjutnya, Sampai saat ini hasilnya pun belum diketahui.
Situs Situ Kabuyutan
Situ Kabuyutan berlokasi di Desa legokherang, sekitar 100 meter sebelum masuk desa. Situ yang terbentuk secara alami ini dikelilingi oleh hutan rimbun yang asri. Di dalam kawasan Situ Kabuyutan terdapat sebuah situs peninggalan sejarah berupa batu bulat berwarna putih seperti marmer dengan dihiasi tulisan zaman megalitik.
Selain batu utama, ada juga dua anak batu yang bentuknya seperti timun, sebesar betis orang dewasa dan berwarna hitam. Batu pamangkuan tersebut tergeletak diatas tanah dengan dikelilingi oleh lingkaran batu yang tersusun rapi. Situs batu Pamangkuan ini oleh warga setempat dipercaya dapat meramalkan apa yang dipertanyakan.
Cara utuk menguji apa yang dipertanyakan adalah dengan mengangkat batu tersebut. Apabila batu terasa berat dan tidak bisa diangkat maka jawabannya gagal. Bila terasa ringan berarti berhasil. Untuk bisa menjajal batu pamangkuan tersebut harus dibantu oleh juru kunci (Kuncen).
Situs batu Pamangkuan kini tinggal cerita karena batu yang utama hilang dicuri orang dan hanya menyisakan kedua anak batu yang berwarna hitam. Selain batu Pamangkuan ada juga sebuah sumur yang terbuat dari batu.
Sumur tersebut tidak dalam dan hanya berbentuk tempat penyimpanan air sebesar jolang. Konon katanya air yang ada di dalam sumur tidak pernah kering dan apabila dipakai untuk membasuh wajah akan memberikan aura positif serta awet muda.
Selain batu utama, ada juga dua anak batu yang bentuknya seperti timun, sebesar betis orang dewasa dan berwarna hitam. Batu pamangkuan tersebut tergeletak diatas tanah dengan dikelilingi oleh lingkaran batu yang tersusun rapi. Situs batu Pamangkuan ini oleh warga setempat dipercaya dapat meramalkan apa yang dipertanyakan.
Cara utuk menguji apa yang dipertanyakan adalah dengan mengangkat batu tersebut. Apabila batu terasa berat dan tidak bisa diangkat maka jawabannya gagal. Bila terasa ringan berarti berhasil. Untuk bisa menjajal batu pamangkuan tersebut harus dibantu oleh juru kunci (Kuncen).
Situs batu Pamangkuan kini tinggal cerita karena batu yang utama hilang dicuri orang dan hanya menyisakan kedua anak batu yang berwarna hitam. Selain batu Pamangkuan ada juga sebuah sumur yang terbuat dari batu.
Sumur tersebut tidak dalam dan hanya berbentuk tempat penyimpanan air sebesar jolang. Konon katanya air yang ada di dalam sumur tidak pernah kering dan apabila dipakai untuk membasuh wajah akan memberikan aura positif serta awet muda.
Situs Punden berundak Gentong
Peninggalan sejarah megalitik ini berada di kaki gunug Subang. Lebih tepatnya ada di hutan lindung Gentong . Situs Gentong adalah peninggalan berbentuk tempat air yang bernama gentong yang ada di atas punden berundak.
Batu gapura Situs Gentong, Foto by : Cahyanto |
Gentong atau tempat air yang ada di situs sejarah ini terdiri dari 3 buah gentong dan satu Jubleg (lumpang batu). Wilayah situs Gentong memiliki beberapa tingakatan yang berbentuk undakan dan dari setiap undakan memiliki teras.
Untuk masuk ke puncak undakan tempat gentong berada harus melintasi anak tangga yang membelah undakan tersebut. Di antara jalan naik yang berbentuk anak tangga terdapat dua batu yang berdiri tegak di kanan jalan. Kedua batu tersebut diaggap sebagai gapura untuk pintu masuk ke puncak punden berundak.
Tepat di atas puncak punden berundak terdapat tiga buah gentong dan satu jubleg. Selain itu ada pula kuburan kuno yang dipercaya sebagai kuburan zaman megalitik. Gentong atau tempat air yang ada di situs ini terdiri dari tiga jenis.
Gentong peninggalan sejarah, Foto by : Cahyanto |
Tepat di atas puncak punden berundak terdapat tiga buah gentong dan satu jubleg. Selain itu ada pula kuburan kuno yang dipercaya sebagai kuburan zaman megalitik. Gentong atau tempat air yang ada di situs ini terdiri dari tiga jenis.
Gentong yang pertama berbentuk besar, polos tanpa ukiran dan sudah bolong sehingga tidak dapat menampung air. Gentong kedua berukuran sedang polos tanpa ukiran. Gentong ketiga bentuknya kecil berdiameter sekitar 40 cm dan memiliki ukiran atau motif khusus.
Gentong yang paling kecil telah hilang dicuri oleh manusia yang tidak bertanggung jawab dan kini hanya menyisakan cerita.
Situs Batu Wayang Puncak Gunung Subang
Situs batu Wayang berada di puncak gunung Subang yang mejadi pembatas antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Lebih tepatnya ada di perbatasan Kabupaten Kuningan dengan Cilacap dan berada di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut.
Untuk bisa sampai ke puncak gunung Subang harus melaui jalur pendakian yang terjal dan licin. Batu Wayang berada tepat di pucak gunung.
Untuk bisa sampai ke puncak gunung Subang harus melaui jalur pendakian yang terjal dan licin. Batu Wayang berada tepat di pucak gunung.
Kenapa disebut batu wayang?
Jawabannya karena bentuk batu seperti kepala wayang, yaitu batu pipih setebal bata dengan lebar sekitar 20 Cm, panjang 30 sampai 40 Cm. Selain batu Wayang, di puncak gunung ini ada juga kuburan tua yang di duga sebagai kuburan seorang petapa yang meninggal saat bersemedi.
Tepat di samping kuburan terdapat sebuah batu pipih yang biasa digunakan sebagai tempat duduk. Selain itu, sebelum masuk ke lokasi situs batu wayang ini ada dua batu yang berdiri di kanan dan kiri jalan layaknya gapura untuk pintu masuk.
Situs batu wayang oleh warga setempat dianggap sebagai sebuah kutukan. Sehingga di sekitar Desa Legokherang tidak boleh diadakan hiburan wayang golek karena akan menimbulkan bencana. Mitos tersebut hingga saat ini masih berlaku dan masih dipatuhi warga setempat.
Dari ketiga situs megalitik yang ada di kawasan Desa Legokherang, hanya situs batu wayang yang masih utuh sampai saat ini. Oleh sebab itu ayo kita jaga benda, tempat, dan budaya peninggalan sejarah yang sangat berharga ini dengan cara merawat dan tidak merusaknya.
Baca juga Wisata alam Situ Kabuyutan
Jawabannya karena bentuk batu seperti kepala wayang, yaitu batu pipih setebal bata dengan lebar sekitar 20 Cm, panjang 30 sampai 40 Cm. Selain batu Wayang, di puncak gunung ini ada juga kuburan tua yang di duga sebagai kuburan seorang petapa yang meninggal saat bersemedi.
Tepat di samping kuburan terdapat sebuah batu pipih yang biasa digunakan sebagai tempat duduk. Selain itu, sebelum masuk ke lokasi situs batu wayang ini ada dua batu yang berdiri di kanan dan kiri jalan layaknya gapura untuk pintu masuk.
Situs batu wayang oleh warga setempat dianggap sebagai sebuah kutukan. Sehingga di sekitar Desa Legokherang tidak boleh diadakan hiburan wayang golek karena akan menimbulkan bencana. Mitos tersebut hingga saat ini masih berlaku dan masih dipatuhi warga setempat.
Dari ketiga situs megalitik yang ada di kawasan Desa Legokherang, hanya situs batu wayang yang masih utuh sampai saat ini. Oleh sebab itu ayo kita jaga benda, tempat, dan budaya peninggalan sejarah yang sangat berharga ini dengan cara merawat dan tidak merusaknya.
Baca juga Wisata alam Situ Kabuyutan
Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar