Tugu Mahkota Binokasih Sumedang. |
Tugu Mahkota Binokasih, Lambang Kekayaan Sejarah Sumedang - Sumedang merupakan kawasan perlintasan antarkota yang menghubungkan Bandung dan Cirebon. Dalam setiap harinya Kota kecil penghasil tahu ini dilintasi berbagai jenis alat transportasi, dari sepeda motor hingga kendaraan bertonase besar. Tidak heran jika selalu terjadi kemacetan di setiap pertemuan jalan.
Sebagai solusinya, maka seluruh angkutan umum antarkota/ terutama kendaraan besar dialihkan menggunakan jalur Wado. Jadi, yang bisa melintas ke kota Sumedang hanya kendaraan pribadi dan angkutan dalam kota. Masalah kemacetan dalam kota bisa teratasi, tapi kendaraan yang dialihkan ke jalan Wado akan bertemu kembali dengan jalur kendaraan yang keluar dari kota di perempatan Polres Sumedang.
Perempatan ini mempertemukan empat ruas jalan yang terdiri atas dua ruas jalan nasional dan dua ruas Jalan kabupaten. Di antaranya jalan Pangeran Kornel dan Jalan Prabu Gajah Agung/Bypass (ruas jalan nasional yang menghubungkan Bandung - Cirebon), serta Jalan Prabu Geusan Ulun dan Jalan Cut Nyak Dhien (ruas jalan kabupaten).
Pertemuan dari empat arah di perempatan ini jadi penyebab kemacetan yang tidak bisa dihindari. Untuk mengatasi masalah hambatan lalu lintas tersebut maka pemerintah setempat membuat bundaran dan melakukan pelebaran badan jalan dengan mengorbankan kantor Polres Sumedang. Untuk sementara kantor Polres Sumedang tersebut dipindahkan ke daerah Karapyak yang lokasinya tidak jauh dari kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang.
Pembangunan bundaran Polres Sumedang tersebut dimulai sejak September 2014 sampai pertengahan tahun 2016 dengan menggunakan lahan seluas 7.836 meter persegi. Pada bagian tengah bundaran dibangun sebuah tugu/monument berdiameter 15 meter dengan tinggi 12 meter. Sebagai penghias tugu, di sekelilingnya dibangun air mancur dan ditambahkan hiasan lampu warna-warni.
Yang menjadikan tugu ini sangat istimewa adalah pada bagian puncaknya dipasang replika lambang Kerajaan Padjadjaran yaitu “Mahkota Binokasih Sanghyang Pake” seberat 400kg berhiaskan batu giok. Hingga akhirnya tugu tersebut diberi nama “Tugu Mahkota Binokasih” atau Bundaran Binokasih.
Pemilihan replika mahkota Kerajaan Sumedang Larang sebagai penghias monumen ini bukan tanpa alasan. Sebelumnya para budayawan dan pemerintah melakukan diskusi yang sangat serius untuk menentukan ikon apa yang akan dipasang di atas monumen tersebut. Hingga akhirnya dipilihlah replika Mahkota Binokasih untuk menghiasi puncak tugu karena ikon tersebut dianggap bisa mewakili kekayaan sejarah Sumedang.
Menurut sejarah, mahkota Binokasih Sanghyang Pake tersebut diwariskan oleh pihak Kerajaan Padjadjaran kepada Kerajaan Sumedang Larang. Saat itu terjadi peperangan antara Padjadjaran dengan kerajaan lainnya yang mengakibatkan Padjadjaran perlahan hancur digempur oleh gabungan kekuatan Banten, Cirebon, dan Demak.
Ketika Kerajaan Padjadjaran porak poranda, mahkota Binokasih diselamatkan oleh empat orang kandaga lante kepercayaan Prabu Siliwangi Raja Padjadjaran. Mahkota kerajaan tersebut diboyong ke Sumedang, kemudian diberikan/diwariskan kepada Prabu Geusan Ulun yang saat itu menjadi raja di Sumedang Larang.
Dengan diwariskannya mahkota ini maka Kerajaan Sumedang Larang dianggap sebagai penerus takhta Kerajaan Padjadjaran. Hingga kemudian hari Sumedang Larang mendapat julukan Padjadjaran Anyar. Mahkota Binokasih yang asli tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun, sekitar lima puluh meter dari tempat tugu ini berada.
Tugu Mahkota Binokasih kini menjadi ikon Sumedang, sekaligus sebagai pengurai kemacetan, karena arus lalu lintas di sekitar bundaran ini jadi lebih lancar. Monumen kebanggaan orang Sumedang ini akan tampak sangat indah kalau kita melihatnya saat malam hari.
Air mancur yang mengelilingi bundaran seakan menari mengajak bergoyang dan lampu warna-warni menghiasi tugu yang berdiri megah. Monumen ini jadi spot foto yang sangat instagramable. Setiap pengguna jalan yang melintas di Bundaran Binokasih pasti mengabadikan megahnya ikon baru Sumedang.
Nah, buat sahabat wisata yang mau mengetahui sejarah kerajaan Sumedang Larang, bisa datang langsung ke Museum Prabu Geusan Ulun yang beralamat di Jalan Prabu Geusan Ulun No. 40, Regol Wetan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Baca juga Kampung Toga, Tempat Rekreasi Keluarga di Sumedang
Nah, buat sahabat wisata yang mau mengetahui sejarah kerajaan Sumedang Larang, bisa datang langsung ke Museum Prabu Geusan Ulun yang beralamat di Jalan Prabu Geusan Ulun No. 40, Regol Wetan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Baca juga Kampung Toga, Tempat Rekreasi Keluarga di Sumedang
Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar