Hotel Mercure Bandung City Centre |
Salah satunya adalah Hotel Mercure Bandung City Centre. Karena lokasinya berada di kawasan tanah Pasundan, maka hotel tersebut memiliki program khusus untuk memperkenalkan adat dan budaya Sunda kepada tamu hotel.
Pengunjung Hotel Mercure Bandung akan diperkenalkan dengan tiga elemen adat dan budaya Sunda, yaitu makanan, minuman dan kerajinan tangan yang dikemas secara menarik.
Masih ingat dengan program Rebo Nyunda?
Yupz, Rebo Nyunda atau Rabu Sunda adalah salah satu kegiatan mingguan di Kota Bandung dan Jawa Barat yang dilaksanakan setiap hari Rabu. Program ini bertujuan untuk melestarikan budaya Sunda sebagai salah satu budaya lokal yang berkembang di Jawa Barat.
Pakaian Rebo Nyunda Pic by : @Jeanettegy |
Rebo Wareg Mercure Bandung City Centre
Program Rebo Nyunda diaplikasikan di hotel Mercure Bandung. Staf dan karyawan hotel dianjurkan memakai pakaian adat Sunda. Selain itu, hotel Mercure juga menyajikan menu Lunch “Rebo Wareg” (Rabu kenyang).Rebo Wareg adalah menu prasmanan yang disajikan khusus setiap hari Rabu di restoran Hotel Mercure lantai satu, dengan menu aneka makanan dan minuman khas Sunda.
Di restoran ini tamu hotel bisa merasakan lezatnya makanan tradisional Sunda seperti colenak, awug, gado-gado, sayur asem, ikan asin, ketan bakar, ulukutek leunca, dan aneka sambal.
Semua menu makanan dan minuman khas Sunda yang disajikan di restoran lantai satu Hotel Mercure ini dijamin lezat karena diolah oleh chef andalan yang ngerti banget cita rasa masakan Sunda.
Harga normal paket Rebo Wareg adalah Rp 125.000,- / orang. Tapi buat kalian yang datang berdua alias bawa pasangan atau teman, akan dapat harga spesial, yaitu Rp 150.000,- / 2 orang.
Pengrajin Wayang Golek di Belakang Hotel Mercure Bandung
Selain program Rebo Wareg, Hotel Mercure juga memberikan kesempatan kepada tamu hotel untuk melihat workshop pembuatan wayang golek yang lokasinya tidak jauh dari hotel, yaitu di Jalan Pangarang Bawah, Bandung.Sebagai mana kita ketahui bahwa wayang golek merupakan kesenian tradisional Jawa Barat yang sudah melegenda bahkan ada sejak zaman para wali.
Wayang golek produk Pak Yayat |
Dalam pembuatan wayang golek ada pakem atau aturan tertentu, karena masing-masing karakter memiliki ciri khas yang sangat detil. Dari mulai bentuk tubuh, wajah, kepala, mahkota, sampai mata harus sesuai dengan aturan.
Ya, untuk membuat wayang golek tidak boleh sembarangan, harus dilakukan oleh orang yang ahli dan tau persis tentang dunia wayang. Pak Yayat, adalah salah satu pengrajin wayang golek yang sudah lama menjalankan usahanya secara turun temurun.
Pak Yayat merupakan generasi ketiga dari keturunan Abah Ruhiyat yang mewarisi keahlian membuat wayang. bertempat di sebuah saung kecil yang terletak di depan rumahnya, setiap hari beliau membuat kerajinan wayang golek dari bahan kayu mentah hingga jadi wayang siap jual.
Sungguh luar biasa, beliau membuat kerajinan wayang golek hanya menggunakan peralatan yang sederhana seperti pahat, pisau ukir, dan gergaji. Bahan baku yang digunakan untuk membuat wayang adalah kayu albasiah alias albiso karena jenis kayu tersebut mudah dibentuk dan ringan.
Sebenarnya Pak Yayat tidak bekerja sendiri dalam membuat wayang. Di balik suami yang ahli mengukir kayu, ada sosok istri yang pandai menjahit pakaian untuk wayang.
Iya, memang tidak semudah membuat pakaian manusia, karena kostum untuk wayang jauh berbeda dengan pakaian manusia. Ditambah lagi bentuknya yang mungil, membuat pengerjaan kostum sedikit lebih rumit.
Sama seperti pembuatan wujud wayang. Kostum juga membutuhkan keahlian dan pengetahuna khusus tentang wayang. Ada aturan atau pakem terntu yang mengatur tentang model pakaian wayang.
Produk lokal hasil kerja sama sepasang suami istri ini ternyata sudah dikenal hingga ke manca negara. Banyak wisatawan asing yang datang ke Bandung, kemudian mampir ke rumah Pak Yayat untuk membeli wayang golek.
Ya, untuk membuat wayang golek tidak boleh sembarangan, harus dilakukan oleh orang yang ahli dan tau persis tentang dunia wayang. Pak Yayat, adalah salah satu pengrajin wayang golek yang sudah lama menjalankan usahanya secara turun temurun.
Pak Yayat, pengrajin wayang golek di Pangarang, Bandung |
Pak Yayat merupakan generasi ketiga dari keturunan Abah Ruhiyat yang mewarisi keahlian membuat wayang. bertempat di sebuah saung kecil yang terletak di depan rumahnya, setiap hari beliau membuat kerajinan wayang golek dari bahan kayu mentah hingga jadi wayang siap jual.
Sungguh luar biasa, beliau membuat kerajinan wayang golek hanya menggunakan peralatan yang sederhana seperti pahat, pisau ukir, dan gergaji. Bahan baku yang digunakan untuk membuat wayang adalah kayu albasiah alias albiso karena jenis kayu tersebut mudah dibentuk dan ringan.
Sebenarnya Pak Yayat tidak bekerja sendiri dalam membuat wayang. Di balik suami yang ahli mengukir kayu, ada sosok istri yang pandai menjahit pakaian untuk wayang.
Iya, memang tidak semudah membuat pakaian manusia, karena kostum untuk wayang jauh berbeda dengan pakaian manusia. Ditambah lagi bentuknya yang mungil, membuat pengerjaan kostum sedikit lebih rumit.
Sama seperti pembuatan wujud wayang. Kostum juga membutuhkan keahlian dan pengetahuna khusus tentang wayang. Ada aturan atau pakem terntu yang mengatur tentang model pakaian wayang.
Produk lokal hasil kerja sama sepasang suami istri ini ternyata sudah dikenal hingga ke manca negara. Banyak wisatawan asing yang datang ke Bandung, kemudian mampir ke rumah Pak Yayat untuk membeli wayang golek.
Sementara warga lokalnya sendiri jarang yang tahu keberadaan pengrajin wayang golek tersebut karena lokasinya tersembunyi di balik keramaian Kota Bandung.
Baca juga Karnaval Seni dan Budaya Meriahkan Asia Afrika Festival 2019
Baca juga Karnaval Seni dan Budaya Meriahkan Asia Afrika Festival 2019
Terima kasih atas kunjungannya, silakan tinggalkan jejak di kolom komentar